Minggu, 17 November 2013

Rindu

Aku pernah membuat sebuah tulisan untukmu.. Hanya sebuah tulisan.. Aku bermaksud mengenangmu,menuliskan kisah cinta ku untukmu.. Aku berharap,dengan menuliskan kisah kita akan menenangkanku.. Akan membantuku mengikhlaskanmu,membantuku merelakanmu kembali kepada pemilikmu.. Merelakanmu yang bukan milikku.. Kamu hanyalah sebuah titipan terindah bagiku,bagi kami,abi dan umi mu..

Aku berusaha tegar,melepaskanmu,merelakanmu kembali padaNYA.. Aku tidak meneteskan air mataku,aku tidak meraung,menangisi kepergianmu.. Bahkan saat aku melihatmu untuk yang terakhir kalinya malam itu,melihatmu di dalam wadah khusus yang dipegang abimu.. Aku menahan air mata yang sudah nyaris tumpah.. Aku menahan air mataku di depan abimu.. Aku menahan tetes air mataku di hadapan manusia.. Aku ingin merelakanmu,mengikhlaskanmu..

Aku bertahan melakukannya,sayang.. Bertahan untuk tidak menangisimu.. Bertahan untuk sabar dan ikhlas dan rela atas kehilangan kamu.. Aku berharap Allah memberikan ganjaran atas usaha kerasku.. Aku hanya berharap menjadi seorang hamba yang patuh pada Rabbnya,sayang.. Aku berusaha sangat keras untuk hal itu,sangat keras.. Aku memaksa otak dan hatiku,aku memaksa mereka menerima kenyataan,kamu hanya titipanNYA,titipan yang hanya sesaat.. Aku memaksa,menutup setiap luka yang tercipta,saat aku merindukanmu.. Aku hanya menangis saat aku mengadu padaNYA,sayang.. Memohon agar DIA menitipkan lagi penyejuk hati bagi abi dan umi.. Penggantimu,meski umi tau,kepergianmu meninggalkan sebuah lubang gelap di hati umi..

Kamu tau,sayang,kepergianmu bukan hanya melukai hati umi,tapi juga meninggalkan lubang gelap dan dalam di hati umi.. Lubang yang sampai detik ini,umi belum bisa menutupnya.. Mungkin luka karena kehilanganmu sudah kering,tapi itupun hanya dipermukaan saja,di bawah lapisan luka yang kering itu,umi masih bisa merasakan perih nya..

Aku menuliskan lagi sebuah kisah untukmu,sayang.. Kisah singkat yang kuharapkan mampu menahan guncangan jiwa yang rindu padamu.. Menormalkan rasa takut dan rasa bersalah yang mulai memenuhi otakku.. Menyeret paksa otak,hati dan jiwaku yang mulai dilingkupi kegelapan keluar menuju cahaya.. Aku merindukanmu,sangat rindu.. I love you forever,little B..
Selengkapnya...

Kisah Sebutir telur

Ada sebutir telur yg ditemukan,dimana kita akan meletakkannya? Di atas pohon? Di dalam air? Di atas rumput? Atau di saku baju kita?

Hm,awalnya aku merasa bingung akan aku letakkan dimana telur itu.. Tapi kemudian kuputuskan untuk meletakkannya di dalam air.. Mengapa?? Entahlah,awalnya hanya karena aku takut telur itu akan pecah.. Bukankah telur sangat rapuh? Awalnya,aku pikir akan sangat berisiko jika telur itu kutaruh di atas pohon.. Bagaimana jika dia jatuh & pecah? Lalu,jika aku meletakkannya di atas rumput,aku khawatir terinjak,atau mungkin saja ada rubah yang melihat & mencuri telur tersebut.. Bagaimana dengan saku baju?? Bukankah lebih aman karena bisa kita genggam terus?? Tapi aku hanya khawatir,takut genggamanku terlalu keras,lalu telur itu pecah dan berhamburan di saku baju ku.. Bukankah menjijikkan jika ada sesuatu yang berlendir di saku baju kita??

Kuputuskan begitu saja,menaruhnya di dalam air.. Hanya karena sebuah pemikiran sederhana: biarlah telur itu tenggelam ke dasar air,saat aku membutuhkannya,aku akan mengambilnya dari kedalamannya..

Ternyata,saat aku mendapatkan jawabannya,aku sedikit tersentak..

Orang yang memilih meletakkan telur itu di atas pohon, biasanya punya ekspektasi yg tinggi untuk cintanya.. Ia akan menunggu Mr/Ms Right datang kepadanya..
Orang yang memilih meletakkan telur di atas rumput, biasanya adalahorang yang suka mengumabr cintanya.. Para petualang cinta, bisa disebut seperti itu..
Orang yang memilih meletakkan telur di dalam saku bajunya,biasanya orang yang cukup protektif dengan cintanya..

Dan orang yang memilih meletakkan telurnya di dalam air,biasanya adalah orang yang bisa menyembunyikan perasaan cintanya dengan sangat baik.. Ia tidak akan membiarkan orang lain tau perasaannya.. Ia menyembunyikan perasaan cintanya dengan sangat baik,sampai tidak pernah muncul kepermukaan..
Hei,itu baik.. Pikirku pada awalnya.. Bukankah rasanya tidak nyaman kalau orang yang kau sukai mengetahui rasamu.. Padahal belum tentu ia merasakan hal yang sama denganmu.. Dengan gembira aku memamerkan pilihanku.. Sampai seorang teman bertanya,lalu bagaimana jika untuk suamimu? Apakah kamu akan menyembunyikan juga perasaanmu? Apakah kamu akan membiarkan rasa cinta untuk suamimu tersembunyi di kedalaman hatimu?

Aku mulai berpikir,tersendat mengenali kebodohan yang merambati otakku.. Benar,aku tidak boleh menyembunyikan cintaku untuk suamiku.. Justru rasa cinta itu harus aku tunjukkan hanya untuk dia.. Tapi bagaimana dengan fakta bahwa aku sangat pemalu mengenai rasa ini.. Bagaimana mengeluarkan telur itu untuk aku berikan pada suamiku? Dan aku menjawab pelan,biar waktu yang mengajariku..

Dan waktu bergulir,aku kini telah bersama seseorang yang halal untuk kuberikan telur yang aku simpan di dasar hatiku.. Aku masih selalu gamang,sampai saat ini,jujur saja.. Mengatakan secara langsung ‘aku mencintaimu,suamiku’, itu masih membuatku canggung sampai sekarang.. Berharap waktu bisa mengajariku dengan cepat dan baik.. Untuk mengucapkan kata cinta itu secara langung,bukan tertulis,bukan melalui sms,bukan saat cahaya meredup agar ekspresi memalukanku tidak mudah terbaca.. Tapi aku belum bisa melenyapkan kecanggunganku ini,belum bisa saat ini.. Tapi Insya Allah aku bisa..

*Untuk suamiku tercinta,sebuah tulisan kecil untuk hari lahirmu tahun ini.. yang baru sempat diposting setelah beberapa hari berlalu.. Aku mencintaimu, dan berharap mampu mengucapkannya dihadapanmu tanpa harus tersipu malu dan nyaris tidak berani menatap matamu*
Selengkapnya...

Surat Cinta di tahun pertama

Bismillahirrahmannirrahiim..

Assalamualaikum wr. Wb.

Sayang,ingatkah betapa ajaibnya perjalanan kita? Kita sekolah di SMA yang sama. Meski terpaut jarak 2 tahun,tapi tetap saja,ada waktu 1 tahun di mana kita bisa saja berjumpa secara kebetulan,entah di kantin, perpustakaan sekolah, atau kegiatan ekstrakurikuler.  Tapi Allah tidak mempertemukan kita saat itu,tidak sedikitpun.  Lalu ingatkah kamu, pertama kalinya kita bertemu secara dekat?  Saat tugas luar pertamaku..  Kita ke jakarta, kamu melihatku aku tidak melihatmu..  Kamu hanya melihatku selintas, dan kita baru menyadari jauh setelah pertemuan pertama itu, kita berfoto bersebelahan di pelabuhan sunda kelapa..  Ajaib,bahwa Allah sama sekali tidak menggerakkan hati kita saat itu..

Lalu pertemuan kedua kita di bali, kamu yang ingat, kontak pertama kita di bandara.  Dan Allah masih tidak menggerakkan hati kita.  Kamu mengatakan, bahwa Allah mulai menggerakkan hatimu saat kita di Nusa Dua.  Sedangkan aku, entahlah, Allah tidak memberikan rasa yang jelas padaku.  Hanya rasa nyaman yang aku rasakan, sehingga aku dengan senang hati mengijinkanmu duduk di sampingku dalam bus selama di bali..  Allah menggerakkan hatiku sedemikian rupa, sehingga aku yang biasanya tidak nyaman dengan orang baru, merasa baik2 saja dengan kehadiranmu di sisiku.  Allah juga menanamkan rasa tenang padaku, sehingga saat kau menanyakan no handphone aku memberikannya tanpa beban, aku yang biasanya sangat jarang mau memberikan no handphone yang benar kepada lawan jenis yang baru ku kenal.

Allah banyak menanamkan rasa nyaman di hatiku tentangmu, sehingga saat berinteraksi denganmu, aku seperti sedang berinteraksi dengan sahabat2ku.  Aku tidak merasa canggung denganmu.  Kamu juga, orang pertama yang entah mengapa bertanya tentang hidupku.  Dan aku, yang sangat tidak mudah mempercayai orang lain, menceritakan hidupku padamu.  Lagi2, campur tangan Allah dalam menenangkan hatiku yang sanggup membuatku bercerita padamu tentang apa yang tidak pernah aku ceritakan kepada orang lain.

Lalu saat kamu datang menawarkan untuk memuliakanku dengan pernikahan, lagi2 Allah menanamkan rasa nyaman di hatiku.  Aku sungguh tidak mungkin sanggup menerima khitbahmu bila Allah tidak menggerakkan hatiku.  Aku adalah orang yang sangat mempercayai logikaku.  Tidak mudah aku mempercayai seseorang, butuh waktu bahkan sampai bertahun2 hanya agar aku bisa mempercayai seseorang, dan itupun tidak bisa sepenuhnya.  Tapi Allah membuatku merasa nyaman denganmu sehingga meski aku ratusan kali bertanya pada hatiku, sanggupkah aku mempercayaimu, orang yang baru kukenal?  Sanggupkah aku menghabiskan sisa hidupku bersamamu?  Sisa hidupku yang entah singkat atau lama..  Jawabannya selalu sama, hening dalam kenyamanannya, hatiku itu..

Bagaimana jika sisa hidupku itu lama dan aku bersama dengan orang yang salah?  Dan Allah masih senantiasa menanamkan rasa nyaman untuk mu di hatiku.  Sehingga saat wanita yang paling kusayangi di dunia ini bertanya, benarkah aku siap menjadi istrimu?  Kamu adalah pria pertama yang aku kenal, aku tidak pernah merasakan romansa bersama dengan pria lain.  Tidak pernah mengenal laki2 sebelum ini, begitu istilah yang dipakai oleh mama.  Penuh cemas dan khawatir ia, apakah aku begitu sangat mencintaimu?  Apakah aku jatuh cinta pada pertemuan pertama denganmu?  Sampai aku tidak bisa lagi menggunakan akal sehatku?  Apakah aku mengalami yang dinamakan cinta buta?

Lalu aku menjawab, aku merasa nyaman denganmu, entah apakah itu bisa dikategorikan sebagai jatuh cinta atau tidak.  Dan rasa nyaman itulah, yang aku harapkan tidak akan pernah berubah sepanjang sisa hidupku bersamamu.

Aku berharap dan berdoa, Allah senantiasa memelihara rasa nyaman ini untukmu.  Karena sesungguhnya rasa cinta antar manusia bisa saja luntur atau berkurang, bahkan hilang dimakan usia.  Romansa cinta akan mengalami pasang surut, mungkin juga usang.  Tapi dengan rasa nyaman yang kurasakan, Insya Allah, dengan ijin Allah SWT.  Aku akan sanggup bahagia menghabiskan sisa umurku bersamamu.

For Our 1st wedding anniversary.  My lovely husband, Insya Allah until we meet  again in jannah. Wassalam.
With love,29 Juli 2013
Selengkapnya...

Tahun Pertama

Rasanya baru kemarin kamu datang menawarkan untuk memuliakanku dengan pernikahan..
Rasanya baru kemarin aku tidak berani menatap wajahmu saat kita diminta berfoto bersama sambil saling memandang setelah akad nikah..
Rasanya baru kemarin aku hanya berani memandang tanganmu..
Rasanya baru kemarin aku berani menggenggam tanganmu,dan mensyukuri celah di antara jari2ku yang telah Allah ciptakan, karena pada saat yang tepat,kamu yang Allah pilih untuk mengisi setipa celah kosong itu..

Awal yang indah, Allah sambut kita di gerbang pernikahan dengan limpahan rahmat dan cintaNYA.. Semoga kita bisa selalu meluruskan niat,menikah untuk ibadah padaNYA,semata2 untukNYA, untuk mencapai ridhoNYA, dan bersama berusaha menggapai JannahNYA..

1st wedding anniversary

*ditulis 27 Oktober 2013*
Selengkapnya...

Hujan

Entah kapan atau bagaimana, aku selalu menyukai hujan.. Seperti apapun, aku selalu senang mencium aromanya..

Entah kapan atau bagaimana, aku juga selalu mencintaimu.. Seperti apapun, aku selalu tenang saat aku tau kau ada di sampingku.. Seperti juga hujan,kamu selalu sebuah rahasia dan tanda tanya besar bagiku.. Siapa yang mampu dengan tepat mengetahui di mana hujan akan turun? Pukul berapa? Sederas apa? Paling hanya sampai sebuah ramalan cuaca.. Berawan,hujan ringan,dll.. Seperti itu juga kamu bagiku.. Tidak pernah bisa aku dengan tepat melukiskan warnamu.. Lebih banyak kelabu dalam gamangku.. Tapi selalu,aku menyukai kamu.. Seperti apa? Seperti hujan tentu saja..

Meskipun hujan lebih banyak kelabu,tapi aromanya mencerahkan kepalaku.. Seperti kamu.. Meski gambaran yang kumiliki tentang kamu lebih banyak kelabu,tapi selalu mencerahkanku.. Kamu datang selalu dalam diam,dalam kelabu di batas hitam dan putih.. Seperti hujan yang datang di batas awan yang menggumpal berat..

Kamu juga sama seperti hujan,turun begitu saja kapanpun kamu mau.. Tidak peduli aku baru saja selesai mencuci dan menjemur bajuku,kamu turun begitu saja tanpa aba-aba.. Dan aku dalam ketergesaanku tetap selalu menikmati kehadiranmu.. Selalu

*ditulis di bandar lampung, 12 Mei 2013*
Selengkapnya...

Kelabu

Taukah kamu? Dari sekian banyak bunga yang kamu kirimkan padaku,hampir semuanya berwarna kelabu.. Tanpa pernah kamu mengajari aku,bagaimana cara mengubah warna2nya.. Perlukah aku ubah warna itu? Atau aku nikmati saja kelabumu? Entah..Kamu tidak pernah mengajariku,apa makna di balik kelabu itu.. Tapi bunga kelabu darimu itu kuterima tanpa banyak pertanyaan..

Seperti saat ini,saat langit berwarna kelabu.. Kamu kirimkan lagi sebuket bunga berwarna kelabu untukku.. Aku menatap langit kelabuku,dan menatap buket bunga kelabumu.. Kuhirup lagi aroma bunga darimu.. Masih sama seperti dulu.. Aroma kelabu yang sama seperti saat langitku berwarna biru..

Aku masih tidak mengerti,kelabu itu berarti apa  untukmu.. Apakah hadirku berarti kelabu bagimu? Ataukah caramu menggambarkan langitmu serupa kelabu?

#sebuah bisikan sendu#
*ditulis di bandar lampung, 24 April 2013* Selengkapnya...

Selasa, 03 September 2013

Saling Melengkapi

“Itu adalah hak prerogatif”,katamu semalam. Dan aku menyadarinya,sungguh. Tidak pernah aku meragukan setiap kata itu: hak prerogatif. Apapun yang terjadi dalam hidup kita sudah diatur olehNYA. Tapi seperti yang aku jelaskan padamu,dengan terbata karena kemampuanku menjelaskan yang sangat minim,aku tidak meragukan ujung dari sebuah perjalanan.  Aku tau dengan sangat jelas,setiap perjalanan akan ada ujungnya,akhirnya. Setiap jalan yang penuh perjuangan tidak mungkin tanpa ujung,meski kita tidak tau di mana ujungnya,aku yakin dengan keyakinan yang tidak terbantahkan,ujung dari perjalanan akan terlihat,entah lama atau sebentar titik cahaya di ujung penantian akan bersinar.

Aku tidak pernah meragukan keindahan dibalik segala perjuangan,bahwa segala akan indah pada waktunya, bahwa Allah akan memberikan segala yang terbaik,selalu.

Tapi sayang,yang aku ragukan bukan perjalannya,bukan ujungnya. Seperti yang kukatakan padamu,aku tau dengan sangat baik segala teori itu,tapi pada kenyataannya praktek itu tidak pernah semudah teori bagiku.
Aku meragukan diriku sendiri,sayang. Aku meragukan kemampuanku berjalan di koridor yang benar,yang semestinya. Aku masih manusia biasa,seperti yang kukatakan padamu,aku tidak bisa sepenuhnya putih & tidak bisa sepenuhnya hitam. Aku seringkali berada di wilayah abu2,dan seringkali gamang ke arah kegelapan.  Terkadang aku butuh tetap diam dan sendiri,berkubang dalam kegelapan hatiku. Atau jika ada seseorang yang berbaik hati mau menemaniku,biasanya kami duduk diam dalam kegelapan,menikmati irama nafas dalam kesunyian,bermain kata dalam kebisuan.  Tapi sekarang segala sesuatunya sudah banyak berubah,sayang.  Aku memilikimu di sini sekarang. Benarkan,sayang? Aku bisa merasakanmu,menyentuhmu. Aku bisa menggenggam tanganmu dalam perjalananku.

Hanya saja,aku tidak bisa segamblang itu menjelaskan segala gangguan di hatiku. Segala keraguan & ketidakpercayaanku pada diriku sendiri. Tapi kamu,dengan tenangnya memberikan penjelasan yang sangat sederhana. Aku terdiam,kamu benar2 berbeda denganku. Kamu begitu sederhana,begitu tenang. Seandainya aku bisa seperti kamu,sayang. Sejak dulu aku berharap bisa jadi seperti itu, tenang, sederhana. Tapi aku tidak pernah bisa,aku tidak pernah bisa jadi sederhana,aku dan hatiku ini selalu bersitegang dalam banyak hal. Dan aku tidak pernah bisa membuatnya diam,hatiku itu,tanpa menyakiti diriku sendiri.

Setelah pembicaraan kita semalam,aku menyadari satu hal: Kamu sangat sederhana & tenang, sedangkan aku tidak pernah mampu sederhana & selalu tidak tenang. Tapi ini hal yang menyatukan kita juga kan,sayang? Bahwa kita jauh berbeda. Aku seorang koleris dan kamu seorang plegmatis. Kamu damai dan aku penuh dengan gejolak.

Dan aku kembali menarik kesimpulan ringan: Kita sangat jauh berbeda, itulah kenapa disebut ‘saling melengkapi’.
Selengkapnya...