“Itu adalah hak
prerogatif”,katamu semalam. Dan aku menyadarinya,sungguh. Tidak pernah aku meragukan
setiap kata itu: hak prerogatif. Apapun yang terjadi dalam hidup kita sudah
diatur olehNYA. Tapi seperti yang aku jelaskan padamu,dengan terbata karena
kemampuanku menjelaskan yang sangat minim,aku tidak meragukan ujung dari sebuah
perjalanan. Aku tau dengan sangat
jelas,setiap perjalanan akan ada ujungnya,akhirnya. Setiap jalan yang penuh
perjuangan tidak mungkin tanpa ujung,meski kita tidak tau di mana ujungnya,aku
yakin dengan keyakinan yang tidak terbantahkan,ujung dari perjalanan akan
terlihat,entah lama atau sebentar titik cahaya di ujung penantian akan
bersinar.
Aku tidak pernah
meragukan keindahan dibalik segala perjuangan,bahwa segala akan indah pada
waktunya, bahwa Allah akan memberikan segala yang terbaik,selalu.
Tapi sayang,yang aku
ragukan bukan perjalannya,bukan ujungnya. Seperti yang kukatakan padamu,aku tau
dengan sangat baik segala teori itu,tapi pada kenyataannya praktek itu tidak
pernah semudah teori bagiku.
Aku meragukan diriku
sendiri,sayang. Aku meragukan kemampuanku berjalan di koridor yang benar,yang
semestinya. Aku masih manusia biasa,seperti yang kukatakan padamu,aku tidak
bisa sepenuhnya putih & tidak bisa sepenuhnya hitam. Aku seringkali berada
di wilayah abu2,dan seringkali gamang ke arah kegelapan. Terkadang aku butuh tetap diam dan sendiri,berkubang
dalam kegelapan hatiku. Atau jika ada seseorang yang berbaik hati mau
menemaniku,biasanya kami duduk diam dalam kegelapan,menikmati irama nafas dalam
kesunyian,bermain kata dalam kebisuan.
Tapi sekarang segala sesuatunya sudah banyak berubah,sayang. Aku memilikimu di sini sekarang. Benarkan,sayang?
Aku bisa merasakanmu,menyentuhmu. Aku bisa menggenggam tanganmu dalam
perjalananku.
Hanya saja,aku tidak bisa
segamblang itu menjelaskan segala gangguan di hatiku. Segala keraguan &
ketidakpercayaanku pada diriku sendiri. Tapi kamu,dengan tenangnya memberikan
penjelasan yang sangat sederhana. Aku terdiam,kamu benar2 berbeda denganku.
Kamu begitu sederhana,begitu tenang. Seandainya aku bisa seperti kamu,sayang.
Sejak dulu aku berharap bisa jadi seperti itu, tenang, sederhana. Tapi aku
tidak pernah bisa,aku tidak pernah bisa jadi sederhana,aku dan hatiku ini
selalu bersitegang dalam banyak hal. Dan aku tidak pernah bisa membuatnya
diam,hatiku itu,tanpa menyakiti diriku sendiri.
Setelah pembicaraan kita
semalam,aku menyadari satu hal: Kamu sangat sederhana & tenang, sedangkan
aku tidak pernah mampu sederhana & selalu tidak tenang. Tapi ini hal yang
menyatukan kita juga kan,sayang? Bahwa kita jauh berbeda. Aku seorang koleris
dan kamu seorang plegmatis. Kamu damai dan aku penuh dengan gejolak.
Dan aku kembali menarik
kesimpulan ringan: Kita sangat jauh berbeda, itulah kenapa disebut ‘saling
melengkapi’.
Selengkapnya...