Selasa, 23 Februari 2010

Aku dan hatiku...

Secawan tinta telah aku tuangkan ke dalam jiwaku. Agar tangan jiwaku bisa melukis kisah kita dengan tinta emas dan kelabu. Kita, raga dan hati yang terus bertarung hingga mati. Kita akan terus bertarung dan berusaha saling mengalahkan. Satu kemenangan berarti satu kekalahan. Karena kemenangan raga atas hati berarti kekalahan hati yang membuatnya terpenjara dalam logika, sedangkan kemenangan hati atas raga berarti kekalahan raga yang membuat lemahnya diri dan bersiap mati dalam kegelapan. Lalu kapan keseimbangan dapat tercipta? Saat seharusnya hati mencintai raga dan raga pun mencintai hati? Mampukah itu tercipta pada jiwa yang bergelimang amurka?? Aku, entah raga, entah hati.. Entah mana yang sedang berkuasa dan memenjarakan yang lain.. Tapi yang pasti, jiwa ini tidak akan pernah berhenti bergejolak.. Selama hati dan raga tidak mampu menemukan kedamaiannya dalam wilayah mereka masing-masing.. Wilayah yang aku sebut sebagai cinta..



Selengkapnya...

Iri ku

Aku iri padanya, pantaskah aku merasa iri?? Begitulah hatiku berbisik pada ku… Selama beberapa waktu ini, hatiku yang perlahan berhasil aku kendalikan, mulai menunjukkan taringnya.. Mencoba dengan sabar, menggoda ku dengan rasa iri yang menyeruak, menyelinap di setiap kerlingan mataku.. Di setiap senyum yang telah berhasil ku atur setiap kali aku sedang bertarung dengan hatiku, hatiku terus berbisik : “Aku iri padanya.. Mengapa ia terus beruntung?? Mengapa aku yang telah terseok ini tak jua mampu menemukan keberuntunganku seperti ia menemukan keberuntungannya dengan mudah??”

Lalu aku tersenyum, sekali lagi menata hatiku, memaksanya mengerti.. Hatiku, kau tidak pantas merasa iri dengan siapapun.. Ingatlah, bahwa tidak ada hati yang bisa seberuntung dirimu.. Apa yang ia miliki sampai engkau merasa pantas iri padanya?? Engkau memiliki segala yang tidak akan pernah mampu ia miliki.. Segala yang tidak akan pernah bisa diambilnya darimu, karena ia telah membuang dengan sia-sia seluruh waktu yang engkau perjuangkan.. Banggalah hatiku, karena ia tidak akan bisa mengambil dan memiliki orang-orang yang kau cintai dan mencintaimu dengan sepenuh hati.. Kau memiliki sahabat-sahabat yang begitu setia, yang mencintaimu bukan karena sesuatu yang kau miliki, tapi karena sesuatu yang tidak kau miliki… Hatiku tersenyumlah, kau memiliki waktu yang tidak akan mampu ia tebus.. Kau memiliki kebebasanmu, kemurnian cinta yang terjaga hanya untuk satu hati, kemurnian yang tidak akan mampu ia miliki, karena ia dengan bodohnya mengumbar cintanya..

Kau lihat hatiku, mungkin banyak kegembiraan bercerceran di sekitarmu sekarang ini, banyak luapan semangat dan emosi yang mengepungmu... Tapi apakah kau lupa?? Kau masih memiliki aku, aku yang akan menjagamu agar tidak hancur untuk kesekian kalinya oleh harapan dan semangat yang melambung tinggi… Cintailah aku, hatiku… Dan jangan menangis lagi, jangan sakiti aku lagi dengan tangismu… Kau tidak pantas merasa iri dengan siapapun… Kau hanya pantas merasa bangga karena telah menjadi hatiku…

Sedangkan dia yang telah membuatmu kembali berbisik iri, tidaklah pantas menyita senyummu.. Tersenyumlah di depan wajah tololnya, dan kau akan bisa menertawakannya, karena kau pasti akan melihat, dia lah yang sesungguhnya iri padamu.. Kau, hati yang begitu kuat sampai merepotkan aku, pasti mampu membuat siapapun iri.. Ingatkah kau pada bisikan hatinya?? Bukankah dengusan irinya menggelitik seluruh nadimu?? Bukankah menggelikan bahwa gemuruh iri yg ia miliki akan mampu menghancurkanmu?? Tidak, hatiku.. Kau tidak akan menangis, tidak akan iri, tidak akan hancur ataupun merana karenanya, kau hanya perlu menertawakan hati itu, karena ia hanyalah seonggok hati tak berharga yang hanya pantas kau beri sedikit belas kasihan…

Selengkapnya...

Februari 2010

Hidup bagi ku adalh sebuah perjuangan, pilihan, dan masalah menentukan proiritas. Aku pernah berbincang dengan salah satu temanku, dan memberikannya nasihat yang entah apakah telah mampu melaksanakannya juga atau tidak…

“Hidup itu pilihan, perjuangan, dan tentang bagaimana menentukan prioritas… Banyak pilihan dalam hidup, pilih yang terbaik, jadikan prioritas, dan perjuangkan sampai kamu tidak bisa lagi berjuang… Kapan kita tidak bisa lagi berjuang?? Saat ajal sudah menjemput.. Sampai saat itu tiba, hidup kita hanya akan berputar di 3 hal tadi, pilihan, perjuangan, dan prioritas.. Banyak yang harus dipilih, tapi tetap harus selalu ada yang jadi prioritas, selalu berjuang untuk mendapatkan semuanya… Seperti itulah seorang koleris harus hidup, kalau tidak, ia bisa mati karena dimakan hidup2 oleh pikiran dan perasaannya sendiri.. Seperti kamu sekarang ini.. Koleris bisa mati kalau dia tidak berjuang… Itu inti dari kehidupan seorang koleris, perjuangan tanpa akhir.. Silakan pilih,berjuang layaknya koleris sejati, atau jadi mayat hidup karena hati dan pikiranmu menelan semua hidupmu…”


Aku sedikit malu dengan kata2 yang aku ucapkan… benarkah aku juga seperti itu?? Atau aku adalah seorang koleris yang telah berhasil dimakan hidup2 oleh hati dan pikiranku sendiri?? Kemudian waktu berlalu… akhirnya aku pelan2 menyadari, aku telah memiliki tujuanku yg baru… aku telah menentukan pilihan baru dalam hidupku, pilihan yang telah aku jadikan prioritas, dan akan aku perjuangkan sampai aku mati… aku memilih untuk berjuang mengendalikan hatiku.. aku, seorang koleris melankolis telah memilih untuk berjuang mengendalikan hatiku.. aku tidak akan pernah mengalah lagi dengan hatiku.. percayalah hatiku, aku melakukan ini juga untukmu…

Aku pertama kali menyadari tujuan baruku setelah aku membaca sebuah tulisan.. “Kita tidak boleh menangis, karena menangis adalah kekalahan raga terhadap hati, dan hanya menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengendalikan hati”
Lalu aku bertekad, aku tidak akan mau menangis lagi, aku tidak akan kalah lagi dengan hatiku.. Aku akan berjuang demi memenangkan pertempuran dengan hatiku… Aku akan menang, dan mengendalikan hatiku.. Hati ini milikku, tidak akan aku biarkan hatiku mengalahkanku lagi..

Hatiku, kau dengar yang telah aku katakan, bukan?? Aku mencintaimu, meski aku membencimu aku juga mencintaimu, karena kita adalah satu.. Maka kau harus hidup untuk aku, aku membutuhkanmu, sebesar engkau membutuhkan aku.. Mari kita bangun bersama kejayaan kita, dan jangan pernah berpikir untuk mengalahkanku lagi… Saat aku kalah, kau pasti akan mati, atau paling tidak, merana hingga mati…

Selengkapnya...