Minggu, 17 November 2013

Kisah Sebutir telur

Ada sebutir telur yg ditemukan,dimana kita akan meletakkannya? Di atas pohon? Di dalam air? Di atas rumput? Atau di saku baju kita?

Hm,awalnya aku merasa bingung akan aku letakkan dimana telur itu.. Tapi kemudian kuputuskan untuk meletakkannya di dalam air.. Mengapa?? Entahlah,awalnya hanya karena aku takut telur itu akan pecah.. Bukankah telur sangat rapuh? Awalnya,aku pikir akan sangat berisiko jika telur itu kutaruh di atas pohon.. Bagaimana jika dia jatuh & pecah? Lalu,jika aku meletakkannya di atas rumput,aku khawatir terinjak,atau mungkin saja ada rubah yang melihat & mencuri telur tersebut.. Bagaimana dengan saku baju?? Bukankah lebih aman karena bisa kita genggam terus?? Tapi aku hanya khawatir,takut genggamanku terlalu keras,lalu telur itu pecah dan berhamburan di saku baju ku.. Bukankah menjijikkan jika ada sesuatu yang berlendir di saku baju kita??

Kuputuskan begitu saja,menaruhnya di dalam air.. Hanya karena sebuah pemikiran sederhana: biarlah telur itu tenggelam ke dasar air,saat aku membutuhkannya,aku akan mengambilnya dari kedalamannya..

Ternyata,saat aku mendapatkan jawabannya,aku sedikit tersentak..

Orang yang memilih meletakkan telur itu di atas pohon, biasanya punya ekspektasi yg tinggi untuk cintanya.. Ia akan menunggu Mr/Ms Right datang kepadanya..
Orang yang memilih meletakkan telur di atas rumput, biasanya adalahorang yang suka mengumabr cintanya.. Para petualang cinta, bisa disebut seperti itu..
Orang yang memilih meletakkan telur di dalam saku bajunya,biasanya orang yang cukup protektif dengan cintanya..

Dan orang yang memilih meletakkan telurnya di dalam air,biasanya adalah orang yang bisa menyembunyikan perasaan cintanya dengan sangat baik.. Ia tidak akan membiarkan orang lain tau perasaannya.. Ia menyembunyikan perasaan cintanya dengan sangat baik,sampai tidak pernah muncul kepermukaan..
Hei,itu baik.. Pikirku pada awalnya.. Bukankah rasanya tidak nyaman kalau orang yang kau sukai mengetahui rasamu.. Padahal belum tentu ia merasakan hal yang sama denganmu.. Dengan gembira aku memamerkan pilihanku.. Sampai seorang teman bertanya,lalu bagaimana jika untuk suamimu? Apakah kamu akan menyembunyikan juga perasaanmu? Apakah kamu akan membiarkan rasa cinta untuk suamimu tersembunyi di kedalaman hatimu?

Aku mulai berpikir,tersendat mengenali kebodohan yang merambati otakku.. Benar,aku tidak boleh menyembunyikan cintaku untuk suamiku.. Justru rasa cinta itu harus aku tunjukkan hanya untuk dia.. Tapi bagaimana dengan fakta bahwa aku sangat pemalu mengenai rasa ini.. Bagaimana mengeluarkan telur itu untuk aku berikan pada suamiku? Dan aku menjawab pelan,biar waktu yang mengajariku..

Dan waktu bergulir,aku kini telah bersama seseorang yang halal untuk kuberikan telur yang aku simpan di dasar hatiku.. Aku masih selalu gamang,sampai saat ini,jujur saja.. Mengatakan secara langsung ‘aku mencintaimu,suamiku’, itu masih membuatku canggung sampai sekarang.. Berharap waktu bisa mengajariku dengan cepat dan baik.. Untuk mengucapkan kata cinta itu secara langung,bukan tertulis,bukan melalui sms,bukan saat cahaya meredup agar ekspresi memalukanku tidak mudah terbaca.. Tapi aku belum bisa melenyapkan kecanggunganku ini,belum bisa saat ini.. Tapi Insya Allah aku bisa..

*Untuk suamiku tercinta,sebuah tulisan kecil untuk hari lahirmu tahun ini.. yang baru sempat diposting setelah beberapa hari berlalu.. Aku mencintaimu, dan berharap mampu mengucapkannya dihadapanmu tanpa harus tersipu malu dan nyaris tidak berani menatap matamu*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar